"Cucuku Jenguklah aku" ratap satu nisan yang di sampingnya tertancap bendera merah putih dari kayu. Nisan disebelahnya hanya tersenyum-senyum sembari menatap lalu lalang kendaraan yang ngebut di seberang komplek pemakaman umum tersebut. Setelah itu terkaget karena ranting kering jatuh menimpanya tanpa aba-aba terlebih dahulu. Meskipun siang dengan matahari menyengat tempat itu tetap teduh karena ditumbuhi pohon-pohon yang rindang lagi angker. Begitu deskripsi orang-orang yang tinggal disekitar situ. Makam yang batu nisannya telah hilang dan ilalang liar tumbuh dengan makmurnya pun menyahut "Sudahlah" hanya itu tanggapannya. Sedang nisan yang berada dipaling pojok hanya tertawa-tawa parau dengan senyum yg menyeringai. Langit senja mulai menampakan keanggunan-Nya dengan semburat langit yang begitu indah, menurut nisan yang umurnya baru dua minggu "warna langitnya seperti es cream vanila bercampur strawberry" ungkapnya, meski setelah itu dia murung karena sesudah itu adalah langit malam kelam. Mereka dengan banyak pikiran masing-masing. Mereka.....
Sejejeran nisan terabai.
Semarang, 22 September 2013
No comments:
Post a Comment