Monolog Tak Terdengar

Monolog Tak Terdengar
Biarkan skizofrenia menjamah mewarnai mozaik-mozaik hidupku

Tuesday, March 29, 2016

Telpon Tengah Malam

Dia yang setiap tengah malam menelponku, sebenarnya ada apa? Di jauh sana dia menggeleng, padahal jelas aku tak akan tau itu. Di sudut bibirnya yang pahit dia mengecap manis kenangan yang pernah ada antara aku dan dia. Apakah malam yang mengantarkan kenangan itu padanya, karena malam memang biasanya seperti itu. Dia hanya tersenyum tipis, lagi-lagi aku tidak akan tau senyum itu.

Perlukah aku tertawa? Saat dia mencoba terbahak pada candaannya sendiri. Mungkin maksudnya agar mencairkan suasana. Namun dia tak pernah tau, sebeku apa senyum yang tak seorangpun memeluknya. Jangankan cair, hangat pun tidak. Aku hanya bergumam, sekedar menghargai suaranya yang tetap serenyah dulu bertanya ini itu.

Maaf, hanya itu sebenarnya yang ingin aku ucap. Namun kelu dan tersendat di kerongkonganku. Aku juga tak kuasa mematikan telponnya, karena aku yakin canggung yang hadir lambat-lambat juga akan membuat mengakhirinya sendiri. Aku tinggal menungguinya.

Malam tak pernah mengantarkan kenangan yang sama padaku, entah padanya. Aku juga tidak paham, meski semestinya aku tanyakan saja semua padanya. Karena aku yakin tanpa dia edit sehuruf pun dengan jujur akan dia jawabi semuanya. Namun lagi-lagi lidahku kelu. Suasana kembali beku.

Aku tau, di jauh sana dia pasti bingung pada suasana canggung yang berdengung-dengung melalui hampa udara yang dia sambung. Maaf, lagi-lagi itu yang tertera saat aku memejamkan mata. Namun tak kuungkap, hanya mewujud lalu hilang dengan sendirinya. Aku tidak sedang dalam kondisi ingin menghadirkan pertanyaan darinya. Percayalah, semua sudah jauh berbeda, disadari atau tidak. Aku hanya terlalu nyaman dipeluki diam saat telpon darinya kembali meraung tengah malam, tiap tengah malam.


Malam tak mengantarkan kenangan untukku, malam hanya mengijinkanku untuk diam. Diam yang berjingkat-jingkat dalam koma yang kemudian hanya dengung mati dari telpon yang tertempel di telingaku. Entah, aku pun tak pernah menunggui telpon tengah malam darinya. Namun jika itu terjadi, sudah dipastikan tak akan ada yang berubah. Keadaan tetap sama, canggung, bingung berdengung-dengung.