Dia
yang setiap tengah malam menelponku, sebenarnya ada apa? Di jauh sana dia
menggeleng, padahal jelas aku tak akan tau itu. Di sudut bibirnya yang pahit
dia mengecap manis kenangan yang pernah ada antara aku dan dia. Apakah malam
yang mengantarkan kenangan itu padanya, karena malam memang biasanya seperti
itu. Dia hanya tersenyum tipis, lagi-lagi aku tidak akan tau senyum itu.
Perlukah
aku tertawa? Saat dia mencoba terbahak pada candaannya sendiri. Mungkin
maksudnya agar mencairkan suasana. Namun dia tak pernah tau, sebeku apa senyum
yang tak seorangpun memeluknya. Jangankan cair, hangat pun tidak. Aku hanya
bergumam, sekedar menghargai suaranya yang tetap serenyah dulu bertanya ini
itu.
Maaf,
hanya itu sebenarnya yang ingin aku ucap. Namun kelu dan tersendat di
kerongkonganku. Aku juga tak kuasa mematikan telponnya, karena aku yakin
canggung yang hadir lambat-lambat juga akan membuat mengakhirinya sendiri. Aku
tinggal menungguinya.
Malam
tak pernah mengantarkan kenangan yang sama padaku, entah padanya. Aku juga
tidak paham, meski semestinya aku tanyakan saja semua padanya. Karena aku yakin
tanpa dia edit sehuruf pun dengan jujur akan dia jawabi semuanya. Namun
lagi-lagi lidahku kelu. Suasana kembali beku.
Aku
tau, di jauh sana dia pasti bingung pada suasana canggung yang
berdengung-dengung melalui hampa udara yang dia sambung. Maaf, lagi-lagi itu
yang tertera saat aku memejamkan mata. Namun tak kuungkap, hanya mewujud lalu
hilang dengan sendirinya. Aku tidak sedang dalam kondisi ingin menghadirkan
pertanyaan darinya. Percayalah, semua sudah jauh berbeda, disadari atau tidak.
Aku hanya terlalu nyaman dipeluki diam saat telpon darinya kembali meraung
tengah malam, tiap tengah malam.
Malam
tak mengantarkan kenangan untukku, malam hanya mengijinkanku untuk diam. Diam yang
berjingkat-jingkat dalam koma yang kemudian hanya dengung mati dari telpon yang
tertempel di telingaku. Entah, aku pun tak pernah menunggui telpon tengah malam
darinya. Namun jika itu terjadi, sudah dipastikan tak akan ada yang berubah.
Keadaan tetap sama, canggung, bingung berdengung-dengung.