Terkadang aku sampai berpikir bahwa sebaiknya generasi tua
dihilangkan saja. Sama seperti saat perang tiga kekuatan besar di Marine Ford
dalam beberapa banyak episode di Anime One Piece, disitu Pak Tua Shirohige
menyadari bahwa eranya telah habis, era bagi orang-orang setua dia sudah tidak
dibutuhkan lagi untuk dunia ini. Maka dia dengan tersenyum dan tetap tegak
berdiri dalam ketiadaannya. Lalu kenapa aku sendiri juga sampai berpikir
seperti itu. Baiklah akan aku urai dari awal.
Ketika generasi tua merasa telah asing dengan dunia dan
mereka tidak lagi mampu mengikuti perkembangan dunia ini, ada satu hal yang
sepantasnya mereka sadari yaitu sadar bahwa dunia memang telah berubah. Sedikit
ataupun banyak merekapun pasti telah sadar. Lalu selanjutnya 3 kemungkinan yang
mereka lakukan.
Pertama, menerima dan mencoba untuk mengikuti meskipun itu
dibutuhkan banyak waktu dan tenaga. Karena adaptasi memang tidak selalu mudah.
Tapi mereka yang terus tertantang maju pasti mau. Atau setidaknya rasa
keingintahuan yang positif terhadap hal-hal baru yang terus mendorong mereka
untuk mengikuti pekembangan jaman.
Kudua, menerima tapi tidak ambil peduli. Mereka yang ambil
sikap seperti ini tentunya telah mencintai keadan baik itu dulu atapun
sekarang, sekalipun mereka tidak suka tapi telah ikhlas dan memilih untuk
menjalani kehidupan secara mengalir seperti air.
Dan yang ketiga adalah yang mendasari awal tulisan ini, dan
itu sangat menjengkelkan, yaitu mereka sadar tetapi tidak bisa menerima dengan
perubahan yang ada. Yang mereka lakukan hanyalah protes dan
membanding-bandingkan. Apakah hanya berhenti sampai disitu? Tidak! Mereka
bahkan mulai menyalahkan keadaan, menyalahkan kehidupan, menyalahkan
orang-orang yang tidak sejalan dengan mereka dan merasa bahwa kehidupan dulu
jauh lebih baik dari saat ini. Jika memang seperti itu mengapa harus
berlama-lama tinggal di dunia ini. Yang mereka katai lebih malas, jauh lebih
rusak dan telah hancur. Sedangkan waktu tidak pernah surut kebelakang, waktu
tidak pernah berjalan mundur. Apa yang telah terlewat tidak akan kembali
terulang sama persis.
Georg Wilhelm Friedrich Hegel, merupakan salah satu Filsuf
yang kukagumi pemikirannya. Dalam hal ini Hegel percaya bahwa dasar kesadaran
manusia berubah dari satu generasi ke generasi berikutnya. Lalu bagaimanakah
jika kesadaran tersebut tidak didasari okeh sikap penerimaan dari generasi
terdahulu terhadap generasi sekarang? Sedangkan mereka sama-sama hidup dalam
ruang lingkup kehidupan yang sama. Maka jawabannya adalah konflik. Ya! Yang timbul
selanjutnya adalah konflik.
Jika sudah seperti itu apa yang harus kita lakukan? Banyak!
Kita bisa melakukan pemakluman, mencoba untuk saling belajar atau mengambil
sikap diam. Meskipun hal tersebut maknanya sama. Lalu apakah kita seharusnya
mengambil opsi lain? Yaitu berani bicara, berani menyatakan pendapat kita dan
menerangkan tentang keadaan saat ini yang memang telah berbeda dari masa lalu.
Terserah mana yang akan kita pilih untuk
dilakuan, tapi selalu ingat apapun itu pasti memiliki resikonya
masing-masing.
Orang yang tidak dapat mengambil pelajaran dari masa tiga ribu tahun, berarti dia hidup tidak memanfaatkan akalnya : Goethe.