Monolog Tak Terdengar

Monolog Tak Terdengar
Biarkan skizofrenia menjamah mewarnai mozaik-mozaik hidupku

Friday, October 25, 2013

Tour Aremania Sragen Community





Sekitar jam delapan malam kupacu motorku dari Semarang menuju Sragen, kota kelahiranku.
Diguyur hujan dijalan juga sehingga membuatku harus menepi sejenak untuk ngiyup, padahal teman di Sragen sudah sms terus agar aku segera merapat ke Stadion Taruna Sragen, karena kita memang kumpul disitu dulu sebelum berangkat.


Mendukung AREMA secara langsung di Stadion Kanjuruhan Malang adalah tujuanku, hingga membuat aku nekat bermotoran malam-malam menuju Kota Sragen, karena memang aku akan berangkat bersama ASC a.k.a Aremania Sragen Community.
Gak peduli hujan, gak peduli malam, motoran sendirian.
Tapi kuakui aku sedikit takut juga karena melewati Jalan Boyolali yang gelap, apalagi ku lirik jam tanganku sudah menunjukan Pukul 21.00 waktu itu. Entah sekedar ilusi rasa takut atau sugesti diri, tercium bau bacin kalo kata orang sih berarti itu ada pocong.
Memikirkan itu, cukup serem juga sampai kuhabiskan jog motorku kebelakang biar gak dibocengin pocong, haha mungkin terdengar konyol
Tapi jujur seandainya tu pocong muncul didepanku secara langsung sih aku masih bisa melawan, kujorokin biar jatuh kek, kugetok pake kayo kek atau ku tendang pas dibagian kakinya kek.
Perlawanan haruslah ada dan mudah saja.
Tapi jika sudah diboncengi? yok po rek?
Oke itu hanya pemikiran konyolku saja, sambil kubaca doa sehapalku, kukebut motorku menembus pekat malam Kota Boyolali, lalu sepinya jalanan Sukoharjo hingga macetnya jalan raya Solo-Sragen akibat ada tabrakan tronton ternyata.


Sampai TKP sudah hampir tengah malam waktu itu.
Dilanda rasa pegal luar biasa, ku manfaatkan saja tikar yang memang sengaja digelar oleh arek-arek di Stadion Taruna.
Sambil tiduran, sambil dengerin arek-arek yang ngobrol lucu.
Sepengalamanku 'kumpul bocah' selama ini, kumpul dengan Kamtis bercanda ria, saling bully, saling ejek gak karu-karuan meski kadang berlebihan juga tapi tak pernah ada rasa marah atau dendam dalam hati, karena memang begitulah Kamtis, membuang segala batas status demi keakraban tanpa batas.
Lalu kumpul dengan Monster Jackers yang membicarakan tentang segala realita dunia yang sakit ini. Mungkin sedikit serius namun realita lapangan memang begitu, 
dan aku cukup setuju karena manusia memang harus berpikir tentang segala hal yang kadang tersisih, atau bahkan memang sengaja disisihkan.
Dan kumpul bocah dengan berbagai kumpulan yang memang satu pandangan, satu visi misi.
Dari situlah banyak aku simpulkan, disini kumpul dengan Aremania Sragen yang terdengar olehku waktu itu meraka sedang membicarakan tentang lowongan pekerjaan, atau apalagi entah sayup saja terdengar olehku karena terlindas rasa ngantuk.


Tidak begitu nyenyak tidurku, garuk sini garuk sana, ulah nakal nyamuk-nyamuk taruna yang cukup membuat gatal.
Sehabis subuh kita berangkat dengan menggunakan dua mobil.
Senang rasanya bisa bertolak lagi ke Kota Malang tercinta, setelah cukup lama tidak kesana, dan ini pertama kalinya juga aku ke Bhumi Arema dalam acara tour. Jadi intinya dobel-dobel lah kebahagiyaanku.
Tapi gak tau kenapa, dijalan yang ada aku cuma tidur ngiler aja, padahal aku adalah orang yang selalu menikmati melek mengamati jalanan dalam tiap perjalananku.
Sebentar-sebentar tidur, sebentar-sebentar bangun, sebentar-sebentar lihat pemandangan diluar.
Hingga sampai di Blitar, berhenti untuk sarapan.
Dengan menu masakan ala jawa timuran, kurasakan sensasi masakan yang seperti masakan ibuk ku.
Bahkan setelah menginjak Bhumi Arema, atmosphere yang begitu hangat dihati dengan jutaan rasa yang tak mampu ku urai satu per satu.
Kota yang dipenuhi rasa begitu rupa.
Hingga mengalun lagu milik D'Kross yang Welcome Home.


Sampai di Stadion Kanjuruhan juga akhirnya, meskipun yang sebelumnya harus belok kanan tapi karena pak supir yang lupa jalan jadi lurus, dan dengan aba-aba teman disampingku mobil pun balik arah.
Dan parkirlah di parkiran Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang.
Sembari menunggu untuk masuk stadion,
kita poto-poto demi kepercayaan kita tentang pentingnya sebuah sejarah, namanya Aremania narsis ini.
Tak boleh terlewat juga untuk membeli kaos Aremania, syal, dan segala hal yang berbau Arema mumpung sedang dikandanganya. Namun entah aku seperti sedang bukan seperti aku, tak serakus biasanya boleh dibilang begitu, padahal hanya sekedar melihat kaos arema onlen saja pengen beli minta ampun, tapi ini dikandangnya aku malah hanya menemani temanku jajan kaos. Aremania Suping.


Sambil kufoto temanku yang sedang pilih-pilih kaos sesuai keinginan dia. Dan aku hanya lihat-lihat saja tanpa rasa keinginan buat membawa pulang salah satu kaos yang terpajang tersebut. Meskipun tetap sebagai Aremanita tak dipungkiri olehku semua itu sangat menggiurkan.


Setalah mendapat tiket masuk stadion pertandingan antara Arema Indonesia vs Barito Putera, baris berbaris rapi ala Aremania pun dimulai.
Dan tak lupa kuabadikan juga moment tersebut dibawah ini.



Hingga masuk stadion disuguhi oleh band-band malang, kita masih putar-putar mencari tempat duduk ternyaman.
Yang waktu itu stadion Kanjuruhan cukup dipenuhi Aremania.
Dan meskipun bareng-bareng masuk, tapi aku ditemanani dua ongis nganal yang manis mencari tempat lain. sate timur. ania Sragen yang lain di gate sebelah, membentangan spanduk besar bertuliskan Aremania Gen, karena memang sedang dalam proses pengerjaan baru setengah jadi tapi sudah nekat dibawa tour. Gokilun!



Meskipun ekspresiku seperti itu tercipta karena Arema yang tidak berhasil membawa kemenangan, karena hanya berakhir seri, ditahan imbang oleh Barito Putra. Namun buatku tour dengan ASC itu sangatlah istimewa.
Tak pernah kutulis kata lelah dalam mendukung Arema, dan kutekat untuk ke Malang lagi dalam kesempatan pertandingan selanjutnya.
Sedang pertandingan yang berlangsung tak aku ceritakan karena memang biar aku menjadi komentator pribadi untuk diri sendiri.
Bagiku meskipun Aremania/ta harus menjadi suporter yang dewasa tetapi dalam pandanganku selalu Arema tanpa cela.
 Sebenarnya masih banyak hal-hal yang tak kutulis, biarlah menjadi bagian yang kugaris bawahi dihati.
Dan tak kan kuakhiri catatanku ini dengan the end karena memang aku begitu mengaharapkan catatan tentang perjalananku selanjutnya.

No comments:

Post a Comment