Racauan Part 3
Aku bukan siapa-siapa.
Ini sebuah kesadaran diri luar biasa, ketika aku tahu aku memang 'belum' menjadi 'manusia' dan tidak 'dimanusiakan' oleh mereka yang menganggap diri mereka manusia. Aku masih berusaha menjadi 'manusia' ketika mereka telah berlari jauh di depanku.
Aku cukup sadar diri, yang hanya mampu melihat mereka dari balik punggung mereka.
Aku cukup sadar diri, ketika hanya diremehkan dan dianggap tidak lebih penting dari sekedar mata yang melihat begitu banyak keberhasilan mereka. Sambil tersenyum bahagiya dan mencoba mengakrabkan diri dengan mereka, namun seperti seorang putri cantik yang jijik memegang tissue kotor, begitulah mereka memperlakukan aku.
Aku cukup sadar diri, ketika aku tidak dihargai sama sekali. Bukannya aku ingin dihargai, tapi cukup 'dilihat' saja aku sudah senang. Tapi mereka mengesampingkan aku yang tulus merentangkan tangan untuk mereka tapi jelas-jelas ditolak dan mereka lebih memilih memeluk seorang yang mereka anggap setara dengan mereka saja.
Aku tahu aku belum sepadan dengan mereka! Aku sadar diri untuk ini. Tapi haruskah aku diperlakukan seburuk itu? Padahal aku begitu tulus ikut bahagiya dan bersyukur atas 'manusia' nya mereka itu.
Kenapa aku harus repot-repot ingin akrab dengan mereka? Jawabannya simple saja, cukup sederhana sebenarnya, AKU HANYA INGIN BERTEMAN DENGAN MEREKA.
Tapi sepertinya aku memang telah ditolak secara mentah-mentah. Standar kepantasan yang mereka silangkan sebagai garis pemisah antara aku dan mereka sudah mereka tancapkan dan pertegas sedemikian rupa dengan hanya melihat aku dengan sebelah mata saja.
Masihkah aku ingin berteman dengan mereka? Yang sudah jelas menolakku pada saat ini. Lagi-lagi disini kutuliskan bahwa aku bukan orang yang pendendam. Jadi tak apa jika mereka menolakku, tak apa juga jika suatu saat mereka bisa tersenyum dan 'melihat' aku.
Karena aku cukup sadar diri siapa aku dan siapa mereka.
Aku juga orang yang optimis pada suatu hal meskipun pada sebaliknya aku juga cukup underestimate pada diriku sendiri. Jadi kubiarkan semua ini mengalir, kuserahkan semua pada sang waktu.
Aku akan tetap berusaha untuk menjadi 'manusia'. Tapi cukup dipahami dalam hal ini kugunakan standar 'manusia' sesuai dengan 'aku' bukan 'mereka'.
Karena aku rasa aku dengan mereka memang 'berbeda'. Dan perlu di garis bawahi, aku tidak pernah menyalahkakan mereka atas kenapa aku 'belum' sepadan dengan mereka, karena kembali kuulang bahwa aku memang sadar diri dengan semua yang terjadi ini.
Aku sadar diri, dengan segala kepantasan yang ada. Saat mereka dan aku begitu 'berbeda' meskipun sama-sama sedang menggunakan Jas Kuning Almamater Unnes.
Meskipun pada awalnya semua aku anggap sama, namun jelas dengan keras mereka tegaskan semua perbedaan itu. Dan aku cukup sadar diri. Aku dan mereka berbeda, beda posisi, beda kedudukan semua yang berada pada dimensi tempat, pada dasarnya memang berbeda.
No comments:
Post a Comment