Aku cemas,
justru ketika angin tiba-tiba diam saat kurayu balik ia
Namun isyarat
itu tak pernah mampu aku tebak kebenarannya
Hanya mampu
kureka-reka kemana arah angin ini berhembus
Akankah
menjadi beliung nan anggun atau topan badai
Aku tak
pernah benar-benar tahu
Sampai kapan
ini hanya akan menjadi rasa tanpa mampu kukecap
Manjadi
tiupan yang terasa tanpa mampu kulihat
Hanya
merasakan tanpa benar-benar mampu ku genggam, atau sekedar menyentuhnya
Entah
Dimana
ujungnya, bahkan awalnya pun aku tak tahu
Angin bisakah
kau beritahu aku
Dimana harus
kucari jawaban itu
Jika dalam
potongan monolog yang lalu peranku bersama air lalu api
Maka sudah
kupastikan kau itu selalu seperti angin
Angin, yang
mampu membasuh memandikan luka-lukaku
Namun juga
angin yang datang dan pergi sekehendaknya
Yang terkadang meninggalkan ku tanpa candaan sepoi menggelitik itu
Yang terkadang meninggalkan ku tanpa candaan sepoi menggelitik itu
Enyah tak berbekas begitu lalu berlalu
Lenyap tak berpamit
Hingga tiba-tiba datang menyapaku dengan sejuta misteri
Dan memberiku efek bahagiya tiada tara
Selalu seperti itu
Bergulir bergantian sesukamu
Lenyap tak berpamit
Hingga tiba-tiba datang menyapaku dengan sejuta misteri
Dan memberiku efek bahagiya tiada tara
Selalu seperti itu
Bergulir bergantian sesukamu
Dari sudut mataku di Gedung A3 FIP UNNES
"ternyata ini malam minggu"
Semarang, 04 Januari 2014
No comments:
Post a Comment