Monolog Tak Terdengar

Monolog Tak Terdengar
Biarkan skizofrenia menjamah mewarnai mozaik-mozaik hidupku

Sunday, January 5, 2014

Kau Seperti Angin


Biar kusimak, segala rayuan hembus angin dari balik sudut mataku
Aku cemas, justru ketika angin tiba-tiba diam saat kurayu balik ia
Namun isyarat itu tak pernah mampu aku tebak kebenarannya
Hanya mampu kureka-reka kemana arah angin ini berhembus
Akankah menjadi beliung nan anggun atau topan badai
Aku tak pernah benar-benar tahu
Sampai kapan ini hanya akan menjadi rasa tanpa mampu kukecap
Manjadi tiupan yang terasa tanpa mampu kulihat
Hanya merasakan tanpa benar-benar mampu ku genggam, atau sekedar menyentuhnya
Entah
Dimana ujungnya, bahkan awalnya pun aku tak tahu
Angin bisakah kau beritahu aku
Dimana harus kucari jawaban itu
Jika dalam potongan monolog yang lalu peranku bersama air lalu api
Maka sudah kupastikan kau itu selalu seperti angin
Angin, yang mampu membasuh memandikan luka-lukaku
Namun juga angin yang datang dan pergi sekehendaknya
Yang terkadang meninggalkan ku tanpa candaan sepoi menggelitik itu
Enyah tak berbekas begitu lalu berlalu
Lenyap tak berpamit
Hingga tiba-tiba datang menyapaku dengan sejuta misteri
Dan memberiku efek bahagiya tiada tara
Selalu seperti itu
Bergulir bergantian sesukamu



Dari sudut mataku di Gedung A3 FIP UNNES
"ternyata ini malam minggu"
Semarang, 04 Januari 2014


No comments:

Post a Comment