Monolog Tak Terdengar

Monolog Tak Terdengar
Biarkan skizofrenia menjamah mewarnai mozaik-mozaik hidupku

Tuesday, May 1, 2018

Narasi Cinta Yang Dungu


Singkat saja aku mengenalmu
Sesingkat tetesan itu
Yang sudah tidak di sana lagi
Menetes sudah
Tapi entah mengapa masih terasa telapak tanganmu yang hangatkan pipiku
Keduanya
Padahal raga kita saling jauh
Dan tak pernah saling menyentuh

Namun lekuk sabit di bibirmu itu
Manis menyentuh hati dan pikiranku
Aku terpaku, engkau bisu dan kaku
Diam dalam bayang mataku dikejauhan
Tapi hatiku terus tergerak padamu
Tanpa kusadari
Dan kau tetap diam
Sambil melemparkan labirin teka-teki luar biasa rumit
Penuh misteri
Aku harus bagaimana? 
Memecahkan segala kebisuanmu
Sedang aku disini terus disiksa rindu
Aku bisa apa?
Ketika jerat segala rasa ini meruah tercurah memasung hati dan pikiran
Untuk terus terfikir segala tentangmu

Haruskah kuhentikan segala kebodohan ini? 
Tapi aku pun masih belum tahu caranya
Maafkan aku
Yang begitu bimbang dan ragu, meraihmu
Kau mulai menakutkan dengan wajah masammu
Apakah itu tanda untukku berhenti? 
Lekuk sabit di bibirmu itu pun telah kau lenyapkan tanpa sisa
Itukah tanda untukku berhenti? 

Tapi itu tidak mudah
Terlebih akupun tidak tau caranya
Tolong maafkan
Dan aku tetap pada pendirianku yang dulu
Yang pernah ku nyatakan padamu dengan tanda seru
"Jangan menghardikku karena mengejarmu!!! Karena sesungguhnya ini kakiku sendiri. Aku punya hak penuh atasnya. Seperti juga kamu, berhak penuh untuk mematahkannya."
Lalu dengan wajah masam kau hanya bilang aku dungu
Ya, aku memang dungu
Maafkanlah orang dungu ini


Sragen, 25 April 2018


No comments:

Post a Comment