Ternyata
dia duluan yang mengingatku, teman sesama suporter bola yang ternyata juga
teman mengajiku saat masih kecil. Yang teringat dalam ingatan masa kecilku
adalah saat seorang anak laki-laki yang usianya lebih muda setahun dari aku
memberiku surat merah jambu dengan malu-malu. Aku sendiri malu menerimanya,
dari situ teman-teman yang lain mengejekku pacaran dengan anak laki-laki
tersebut. Setelahnya aku sudah tidak mau mengaji lagi. Malu. Padahal Pak Ustad
sampai ke rumahku untuk membujukku ikut mengaji, tapi aku tidak pernah datang
ke masjid. Malu.
Mengingat
itu aku jadi tersenyum lalu tertawa. Aku lupa berapa usiaku, saat itu aku masih
kelas tiga SD. Setelah selesai giliran mengaji iqro satu persatu, tanpa dikomando
kami anak perempuan berkumpul untuk mengobrol. Di depan Pak Ustad kulihat seorang
anak laki-laki sudah memegang Al-Qur’an, aku cukup kagum padanya. Diusia yang
lebih muda dari aku satu tahun tapi dia sudah sampai membaca Al-Qur’an. Arif
namanya, solatnya juga khusuk, tidak seperti anak laki-laki seumuran Arif yang
lainnya. Mereka kalau sholat sering pecicilan, usil, suka mlotrokne sarung
teman disebelahnya.
“Kamu
melihat siapa Mi?” Tanya seorang teman disebelahku.
“Wah
pasti sedang melihat Arif ya?” Goda seorang teman yang sepertinya memang
mulutnya didesain untuk bergosip.
“Tidak.”
Jawabku singkat.
“Halah
mengaku saja, iya juga tidak apa-apa.” Sambung temanku yang lainnya lagi.
“Kalo
memperhatikan cowok itu tidak apa-apa, wajar kog” kata Mbak Warsiti yang
umurnya memang sudah lumayan jauh di atasku, dia sudah SMP.
“Tami
lagi jatuh cinta ya?”
“Jatuh
cinta?” aku bingung tidak mengerti yang dimaksudkan temanku, belum terjangkau
oleh otakku yang berumur masih muda.
“Iya,
jatuh cinta Tami, masak kamu tidak pernah menonton sinetron.”
“Aku
tidak mengerti Mbak?”
“Biasanya
kalau sudah jatuh cinta nanti tubuhmu akan mengeluarkan darah. Kamu akan pipis
darah.”
“Hah!”
yang benar saja kog mengerikan begitu, aku begidik memikirkan darah yang keluar
dari tubuhku, apa aku akan mati?
“Apa
itu sakit Mbak?” tanya temanku yang lain, yang juga penasaran sepertinya.
“Kata
simbokku itu biasa.”
“Biasa
bagaimana, mengeluarkan darah kog biasa? Mengerikan!”
“Apa
kita akan mati?”
“Semua
perempuan akan mengalaminya.”
“Aku
tidak mau!” kataku sedikit keras sampai Arif menengok kearahku. Dia yang sudah
selesai mengaji duduk kembali di tempat duduknya yang berada dibelakangku,
sambil menyandar di tembok masjid yang berpapan kayu, aku lihat dia mulai
mengatupkan matanya. Tidur?
“Jangan
keras-keras ini di masjid.”
“Aku
juga tidak mau berdarah.” Kata temanku yang satu SD denganku.
“Kalau
tidak mau berdarah berarti kamu bukan anak perempuan.”
“Masa
harus seperti itu?”
“Kamu
juga berdarah Mbak?”
“Iya.”
“Kapan
mbak? Mbak tidak takut?”
“Tentu
saja takut, aku bingung, waktu itu pas pertama aku lulus SD. Simbokku yang
bilang kalau tidak apa-apa aku sudah dewasa. Semua anak perempuan pasti
mengeluarkan darah. Pertama rasanya sakit dan risih. Aku harus memakai busa
putih di celanaku agar darahnya tidak jatuh keman-mana. Namanya softex, tapi
kata simbok kalau ke warung belinya roti, begitu. Aku juga dibelikan sprite
oleh simbokku katanya biar tidak nyeri. Simbok juga bilang kalau aku akan
mengalaminya setiap bulan.” Kata mbak Warsiti panjang lebar.
“Aku
masih belum mengerti Mbak?”
“Apa
itu tidak bahaya Mbak, kok ya aneh perempuan harus mengeluarkan darah?”
“Kalau
darahnya habis gimana Mbak? Ibuku kog tidak pernah cerita yang seperti itu.
Mengerikan sekali.”
“Aku
juga bingung, simbokku awalnya juga tidak pernah cerita. Tapi setelah itu
simbokku mengatakan bahwa aku sudah besar sekarang, aku harus bisa jaga diri
dari laki-laki.”
“Memang
kenapa Mbak? Sudah sering kamu berdarah mbak?”
“Kata
simbok agar aku tidak diperkosa laki-laki. Jadi aku harus jaga diri, baru dua
kali ini aku berdarah, terakhir minggu lalu sampai 7 hari.”
“Jangan
menakut-nakuti Mbak.”
“Sakit
sekali Mbak?”
“Kadang.”
“Kadang
gimana Mbak?”
“Pokoknya
tidak enak. Darah itu bisa muncul berhari-hari. Pokoknya tidak enak. Kalau kita
jalan dia mengalir dan terus keluar.”
“Apa
kita tidak akan kehabisan darah Mbak, kog sampai berhari-hari gitu?”
“Rasanya
bagaimana? Apa seperti pipis?”
“Tidak
juga, dia keluar sendiri.”
“Apa
tidak bisa kita tahan agar tidak keluar pas sedang sibuk Mbak?”
“Ya
tidak.”
“Waduh
kog ya merepotkan sekali tho.”
“Aku
tidak mau mengalami itu.” Kata temanku yang mulai pucat membayangkan dia juga akan
berdarah seperti Mbak Warsiti.
“Kamu
tidak bisa menolaknya.”
“Apa
tidak ada obat yang bisa diminum biar tidak berdarah Mbak?” Tanyaku sambil
membetulkan letak dudukku yang begitu tidak nyaman karena saat mengaji harus
memakai rok panjang polos berwarna biru muda.
“Tidak
ada obat yang seperti itu, sudah jatahnya perempuan harus mengeluarkan darah.”
“Apa
anak laki-laki juga mengeluarkan darah?”
“Tidak.”
“Kenapa
kog tidak Mbak?”
“Aku
juga tidak tahu, mungkin karena kelaminnya beda. Kamu pernah melihat kelamin
anak laki-laki kan?”
“Pernah
Mbak, adikku kan laki-laki.” Jawabku polos.
Belum
sempat Mbak Warsiti berbicara lagi, kerumunan kami dibubarkan oleh Pak Ustad.
Ternyata semua yang bergiliran mengaji sudah selesai. Kami kembali duduk rapi
sambil berdoa mengakhiri pertemuan. Masjid berlantai kayu sederhana ini seolah
terasa basah olehku. Basah oleh keringat atau aku ngompol atau malah aku sudah
berdarah. Mengerikan sekali, tapi ternyata hanya tumpahan air minum dari teman
disebelahku yang membasahi sebagian kakiku.
Dalam
pikiranku masih belum sepenuhnya mencerna apa yang dimaksudkan oleh Mbak
Warsiti. Yang ada hanya takut kalau nanti aku berdarah. Apalagi tidak ada
obatnya. Tapi tadi kata Mbak Warsiti kalau aku jatuh cinta, aku akan berdarah. Kuputuskan
aku tidak akan jatuh cinta. Berarti aku tidak boleh memperhatikan anak
laki-laki, aku tidak boleh memperhatikan Arif agar aku tidak jatuh cinta. Aku
tidak boleh jatuh cinta agar aku tidak berdarah. Tapi aku masih bingung, jatuh
cinta itu seperti apa? Aku harus nonton sinetron biar mengerti.
weeeewwww :v
ReplyDeletekomentar opo iku? kog mek wew thog
ReplyDeleteDi sarankan berbahasa indonesia, ada pun bahasa jawanya km harus mengasih artinya, agar orang papua sampai orang aceh paham :))
ReplyDeleteBegitu ya dik tami :v
ReplyDeleteLhah sing moco yo wong-wong jowo iki :))
ReplyDeleteG reti kudu komen pie 😂😂😂
ReplyDeleteIntine semua wanita itu tangguh 😊😊😊 wes ngono tok 😅