Monolog Tak Terdengar

Monolog Tak Terdengar
Biarkan skizofrenia menjamah mewarnai mozaik-mozaik hidupku

Saturday, June 20, 2015

Memanjat Denting Tunggu


Pesing tempat ini, ku duduki namun acuh saja. Dua jam menunggu tersapu bersama dedaunan kering yang bergulung di aspal sekitarku. Lalu lalang orang yang berlari dengan sepeda motornya tanpa hirau. Juga orang entah dari dusun mana yang berjalan berbondong, membawa berbagai buntalan entah apa. Mungkin beras mungkin juga pakan ternak. Si ibu-ibu yang lusuh dengan baju entah dari jaman kapan menggendong anaknya. Melewatiku dengan menyisakan bau semerbak deterjen, mengingatkanku padamu.

Tiga jam menunggu, ku lihat anak-anak punk yang ada di seberang jalan belum juga mendapat tumpangan. Dengan tampang cengengesan berjongkok sambil disela jarinya terselip lintingan yang sesekali dihisap bergantian. Aku masih menunggu hingga diasapi sampah daun kering yang dibakar oleh si pemilik warung. Apakah bajuku akan berbau asap aku mulai khawatir tidak wangi lagi.

Empat jam menungggu, mataku sudah mulai cengeng. Tas yang sedari tadi ku gendong semakin membuat pegal punggung dan si pemilik warung samping mulai menanyaiku “belum datang jemputannya?” aku hanya tersenyum tipis kerena serak membanjiri kerongkonganku. Begitu tercekat dalam kata iya.


Bundaran Kartosuro, 17 Mei 2015


No comments:

Post a Comment