Monolog Tak Terdengar

Monolog Tak Terdengar
Biarkan skizofrenia menjamah mewarnai mozaik-mozaik hidupku

Monday, April 14, 2014

Wanita Kedua

Menjadi wanita kedua tidak selalu menyenangkan seperti yang kalian bayangkan, semua rumit bahkan sejak awal.  Sepagi ini bahkan aku sudah menangisi nasib sampai ribuan kali. Sambil menatap pekarangan rumah yang bagitu gelap, mungkin juga segelap nasibku. Harum bunga kemuning dibalut embun pagi memenuhi basah dalam hati.

Lama aku tidak ingin beranjak dari ketermenungan rasa sakitku sendiri. Hingga raungan tangis pecah dari dalam rumah, membuatku tersentak kaget dan tanpa aba-aba lebih lama langsungku berlari masuk. 

Dalam kamarnya yang bau pesing kulihat matanya yang hampa tanpa cahaya meneteskan air mata nan miris. Aku usap air mata tersebut sambil membetulkan posisinya dalam kursi roda yang talah menyangganya selama dua tahun terakhir ini. Air mata ini juga mengingatkanku saat pertama kali ayah dan ibu wanita ini memungutku dari jalanan belasan tahun silam. Membuatku merasakan hangatnya sebuah keluarga dengan kasih sayang yang penuh, membuatku merasakan hidup tanpa kekurangan lagi. Iya wanita ini adalah kakak angkatku, namun juga sekaligus istri pertama dari suamiku. Dan inilah nasibku menjadi wanita kedua.





Semarang, 14 April 2014
Menyangga tangis dalam perenungan ketika kaki cinta menginjak-injakku bahkan setelah aku jatuh tersungkur. Namun inilah janjiku, aku tidak akan bangkit ditempat yang sama.


No comments:

Post a Comment