Apa itu IKHLAS? Sebuah perasaan
yang memperingan hati kita dalam berbagai urusan. Sebuah kata yang mampu memberikan
kita ketentraman batin. Pembahasan ini membuatku teringat pada buku LKS ku
jaman SMA dulu, dibagian belakang terdapat sebuah essay terdiri dari beberapa
paragraf. Aku tidak hafal betul bagaimana isinya, tapi aku selalu ingat inti
dari essay tersebut yang mengatakan bahwa ikhlas itu seperti saat kita
meminjamkan sebuah pensil, bagi kita hal tersebut sangat remeh, tapi untuk
orang lain yang kita pinjami ternyata sangatlah berguna. Kita tidak mengingat
hal tersebut, begitu mudah kita lupakan bantuan kita untuk orang lain, karena
menurut pemikiran kita; pensil tidak terlalu berharga atau biasa saja kan
membantu meminjami pensil. Tapi ternyata untuk orang lain hal tersebut
sangatlah bermakna lebih dari apapun, dengan kata lain bantuan kita sangat
besar sekali manfaatnya untuk orang tersebut. Inilah yang dinamakan ikhlas,
membantu seseorang namun kita tidak merasa kalau kita sedang membantu orang
tersebut. Bukannya tak mengiat-ingat atau melupakan bantuan yang
kita berikan, namun kita sendiri tidak sadar kalo kita membantu. Seperti itulah
ikhlas!
Lain halnya
jika kita memberikan bantuan lalu kita bilang "aku ikhlas kog" tapi
setelah itu kita mengingat bantuan kita tersebut, memasukannya dalam sebuah
list perbuatan baik. Ikhlas? dalam kasus yang ini GAGAL!
Terlebih
aktivitas yang dinamai menolong atau membantu orang miskin seperti yang
dilakukan oleh selebritis-selebritis ibu kota, minta disorot media,
menuliskannya dalam majalah, sekedar menjadi status di facebook atau
kicauan-kicauan sok merdu dalam twitter. Sudah jelas yang seperti itu memiliki secuil
unsur pamer, lalu dimana letak keikhlasnnya? Mungkin iya bantuannya sangat
berguna bagi orang lain, tapi ternyata lama-kelamaan bisa merusak hati.
Sebenarnya
bukan ini yang ingin aku tulis pada diary onlenku saat ini, tapi anggap saja
sebagiai prakata mungkin.
Malam ini aku
begitu gusar, hati terasa kacau, pikiran kusut tak menentu. Yang ada hanya
emosi, ingin marah tapi entah harus bagaimana, aku bahkan bingung harus
bagaimana untuk melampiaskan semua yang menyesak dalam dada. Hasilnya aku hanya
bisa berjalan ditengah malam sambil menitikan air mata, hingga sampai kost
tangisku sudah pecah. Inilah mungkin pelampiasaanku, dengan menangis agar lega
semua yang bergulung-gulung tak tentu dalam dada. Inilah yang kubisa ; menangis!
Karena yang
selalu kuyakini, semua yang berawal dari marah pasti berakhir dengan malu.
Jadi, untuk marah aku tidak mampu maka menangislah yang akhirnya kudapati.
Diawal
kutanya sendiri mengenai ikhlas, karena mungkin dalam kasusku hari ini yang
memuat semua masalah dan ketika kutelusuri ujungnya ternyata adalah karena aku
tak mampu IKHLAS.
Aku tidak
ikhlas ketika harus mengerjakan tugas kelompok tapi hanya aku sendiri yang
mengerjakan.
Aku tidak
ikhlas ketika harus terus-terusan dalam koneksi internet gagal karena teman
sebelah menggunakan wifi gratis kampus untuk download boyband korea. Hingga aku
begitu kesusahan mencari materi-materi untuk tugasku.
Aku juga
tidak ikhlas ketika aku harus berjalan jauh sendiri melewati gang-gang sempit
demi meminjam buku untuk mengerjakan tugas.
Aku tidak
ikhlas karena aku begitu menderita dengan semua kesusahan yang aku hadapi
seharian.
Aku tidak ikhlas dengan seseorang
yang kunamakan teman tetapi tidak mampu aku mintai pertolongan.
Aku tidak ikhlas dengan kesendirian
akut pada hari ini.
Aku tidak
ikhlas ketika aku menelpon seorang yang berlabel pacar, tapi yang terdengar
hanya nada sambung tanpa ada yang mengangkat telponku.
Aku tidak
ikhlas karena semua smsku hanya menjadi penghuni inbox dalam hape milik pacarku
tanpa ada satupun yang terbalas.
Aku tidak ikhlas
dengan semua pengabaian seorang yang katanya begitu mencintaiku, tapi tak
benar-benar ada untukku, aku merasa sendiri tanpa ada yang mau mendengar keluh
kesahku. TAK ADA YANG DATANG!
Aku tidak
ikhlas harus menjalani semua ini, bahkan untuk sekedar mengeluh aku tidak
memiliki tempat???
Salahkah??? Tapi aku pikir yang seperti itu manusiawi, tapi kalo aku benar-benar salah atas perasaan yang seperti itu yah mungkin dalam pikiranku memang telah dipenuhi iblis atau setan.
Sekarang
aku hanya berharap setelah semua tetes tangis ini, mampu membawaku pada
ketenangan setidaknya untuk kembali berpikir rasional, karena masih banyak
tugas kuliah yang harus aku kerjakan. Aku berharap semoga semua tetes tangis
ini juga jatuh turut membawa serta seluruh ketidak-ikhlasanku pada takdir hari
ini.
Seharian
penuh bergulung dengan rasa bingung, dengan emosi yang mengikis rasa sabar,
dengan amarah karena aku tidak ikhlas terhadap semua yang harus aku hadapi.
Sekarang aku hanya ingin semua ini luruh pergi. Aku ingin menata hati.
Semoga
dengan menuliskan ini juga sedikit melegakan hatiku, aku paham bukan hanya
dengan marah, berteriak, makan atau membantingi barang-barang untuk dapat
melampiaskan semua kekesalan agar bisa lega. Mungkin dengan menangis dan
menulis juga bisa membuat lega, seperti melepaskan berton-ton beban dalam
kepala.
Ketika tiada
satupun manusia yang bisa kuajak bercerita, membagi meski sekedar keluh kesah
atau untuk sekedar menyandarkan kepala berlabel letih pada pundak seorang yang
dinamakan teman/sahabat/pacar/keluarga. Namun ketika TAK ADA YANG DATANG, maka
hanya dengan menulis diary onlen ini sajalah, semoga mampu melegakan seluruh
beban.
Aku tidak ikhlas karena tak ada yang datang.
No comments:
Post a Comment