Monolog Tak Terdengar

Monolog Tak Terdengar
Biarkan skizofrenia menjamah mewarnai mozaik-mozaik hidupku

Sunday, April 27, 2014

Aku Tidak Ikhlas

Apa itu IKHLAS? Sebuah perasaan yang memperingan hati kita dalam berbagai urusan. Sebuah kata yang mampu memberikan kita ketentraman batin. Pembahasan ini membuatku teringat pada buku LKS ku jaman SMA dulu, dibagian belakang terdapat sebuah essay terdiri dari beberapa paragraf. Aku tidak hafal betul bagaimana isinya, tapi aku selalu ingat inti dari essay tersebut yang mengatakan bahwa ikhlas itu seperti saat kita meminjamkan sebuah pensil, bagi kita hal tersebut sangat remeh, tapi untuk orang lain yang kita pinjami ternyata sangatlah berguna. Kita tidak mengingat hal tersebut, begitu mudah kita lupakan bantuan kita untuk orang lain, karena menurut pemikiran kita; pensil tidak terlalu berharga atau biasa saja kan membantu meminjami pensil. Tapi ternyata untuk orang lain hal tersebut sangatlah bermakna lebih dari apapun, dengan kata lain bantuan kita sangat besar sekali manfaatnya untuk orang tersebut. Inilah yang dinamakan ikhlas, membantu seseorang namun kita tidak merasa kalau kita sedang membantu orang tersebut. Bukannya tak mengiat-ingat atau melupakan bantuan yang kita berikan, namun kita sendiri tidak sadar kalo kita membantu. Seperti itulah ikhlas!

Lain halnya jika kita memberikan bantuan lalu kita bilang "aku ikhlas kog" tapi setelah itu kita mengingat bantuan kita tersebut, memasukannya dalam sebuah list perbuatan baik. Ikhlas? dalam kasus yang ini GAGAL!

Terlebih aktivitas yang dinamai menolong atau membantu orang miskin seperti yang dilakukan oleh selebritis-selebritis ibu kota, minta disorot media, menuliskannya dalam majalah, sekedar menjadi status di facebook atau kicauan-kicauan sok merdu dalam twitter. Sudah jelas yang seperti itu memiliki secuil unsur pamer, lalu dimana letak keikhlasnnya? Mungkin iya bantuannya sangat berguna bagi orang lain, tapi ternyata lama-kelamaan bisa merusak hati.

Sebenarnya bukan ini yang ingin aku tulis pada diary onlenku saat ini, tapi anggap saja sebagiai prakata mungkin.


Malam ini aku begitu gusar, hati terasa kacau, pikiran kusut tak menentu. Yang ada hanya emosi, ingin marah tapi entah harus bagaimana, aku bahkan bingung harus bagaimana untuk melampiaskan semua yang menyesak dalam dada. Hasilnya aku hanya bisa berjalan ditengah malam sambil menitikan air mata, hingga sampai kost tangisku sudah pecah. Inilah mungkin pelampiasaanku, dengan menangis agar lega semua yang bergulung-gulung tak tentu dalam dada. Inilah yang kubisa ; menangis!

Karena yang selalu kuyakini, semua yang berawal dari marah pasti berakhir dengan malu. Jadi, untuk marah aku tidak mampu maka menangislah yang akhirnya kudapati.

Diawal kutanya sendiri mengenai ikhlas, karena mungkin dalam kasusku hari ini yang memuat semua masalah dan ketika kutelusuri ujungnya ternyata adalah karena aku tak mampu IKHLAS.

Aku tidak ikhlas ketika harus mengerjakan tugas kelompok tapi hanya aku sendiri yang mengerjakan.
Aku tidak ikhlas ketika harus terus-terusan dalam koneksi internet gagal karena teman sebelah menggunakan wifi gratis kampus untuk download boyband korea. Hingga aku begitu kesusahan mencari materi-materi untuk tugasku.
Aku juga tidak ikhlas ketika aku harus berjalan jauh sendiri melewati gang-gang sempit demi meminjam buku untuk mengerjakan tugas.
Aku tidak ikhlas karena aku begitu menderita dengan semua kesusahan yang aku hadapi seharian.
Aku tidak ikhlas dengan seseorang yang kunamakan teman tetapi tidak mampu aku mintai pertolongan.
Aku tidak ikhlas dengan kesendirian akut pada hari ini.
Aku tidak ikhlas ketika aku menelpon seorang yang berlabel pacar, tapi yang terdengar hanya nada sambung tanpa ada yang mengangkat telponku.
Aku tidak ikhlas karena semua smsku hanya menjadi penghuni inbox dalam hape milik pacarku tanpa ada satupun yang terbalas.
Aku tidak ikhlas dengan semua pengabaian seorang yang katanya begitu mencintaiku, tapi tak benar-benar ada untukku, aku merasa sendiri tanpa ada yang mau mendengar keluh kesahku. TAK ADA YANG DATANG!
Aku tidak ikhlas harus menjalani semua ini, bahkan untuk sekedar mengeluh aku tidak memiliki tempat???

Salahkah??? Tapi aku pikir yang seperti itu manusiawi, tapi kalo aku benar-benar salah atas perasaan yang seperti itu yah mungkin dalam pikiranku memang telah dipenuhi iblis atau setan.

Sekarang aku hanya berharap setelah semua tetes tangis ini, mampu membawaku pada ketenangan setidaknya untuk kembali berpikir rasional, karena masih banyak tugas kuliah yang harus aku kerjakan. Aku berharap semoga semua tetes tangis ini juga jatuh turut membawa serta seluruh ketidak-ikhlasanku pada takdir hari ini.

Seharian penuh bergulung dengan rasa bingung, dengan emosi yang mengikis rasa sabar, dengan amarah karena aku tidak ikhlas terhadap semua yang harus aku hadapi. Sekarang aku hanya ingin semua ini luruh pergi. Aku ingin menata hati.

Semoga dengan menuliskan ini juga sedikit melegakan hatiku, aku paham bukan hanya dengan marah, berteriak, makan atau membantingi barang-barang untuk dapat melampiaskan semua kekesalan agar bisa lega. Mungkin dengan menangis dan menulis juga bisa membuat lega, seperti melepaskan berton-ton beban dalam kepala. 

Ketika tiada satupun manusia yang bisa kuajak bercerita, membagi meski sekedar keluh kesah atau untuk sekedar menyandarkan kepala berlabel letih pada pundak seorang yang dinamakan teman/sahabat/pacar/keluarga. Namun ketika TAK ADA YANG DATANG, maka hanya dengan menulis diary onlen ini sajalah, semoga mampu melegakan seluruh beban.


Aku tidak ikhlas karena tak ada yang datang.


No comments:

Post a Comment