Monolog Tak Terdengar

Monolog Tak Terdengar
Biarkan skizofrenia menjamah mewarnai mozaik-mozaik hidupku

Thursday, June 7, 2018

Menyikapi Beda Generasi


Terkadang aku sampai berpikir bahwa sebaiknya generasi tua dihilangkan saja. Sama seperti saat perang tiga kekuatan besar di Marine Ford dalam beberapa banyak episode di Anime One Piece, disitu Pak Tua Shirohige menyadari bahwa eranya telah habis, era bagi orang-orang setua dia sudah tidak dibutuhkan lagi untuk dunia ini. Maka dia dengan tersenyum dan tetap tegak berdiri dalam ketiadaannya. Lalu kenapa aku sendiri juga sampai berpikir seperti itu. Baiklah akan aku urai dari awal.

Ketika generasi tua merasa telah asing dengan dunia dan mereka tidak lagi mampu mengikuti perkembangan dunia ini, ada satu hal yang sepantasnya mereka sadari yaitu sadar bahwa dunia memang telah berubah. Sedikit ataupun banyak merekapun pasti telah sadar. Lalu selanjutnya 3 kemungkinan yang mereka lakukan.

Pertama, menerima dan mencoba untuk mengikuti meskipun itu dibutuhkan banyak waktu dan tenaga. Karena adaptasi memang tidak selalu mudah. Tapi mereka yang terus tertantang maju pasti mau. Atau setidaknya rasa keingintahuan yang positif terhadap hal-hal baru yang terus mendorong mereka untuk mengikuti pekembangan jaman.

Kudua, menerima tapi tidak ambil peduli. Mereka yang ambil sikap seperti ini tentunya telah mencintai keadan baik itu dulu atapun sekarang, sekalipun mereka tidak suka tapi telah ikhlas dan memilih untuk menjalani kehidupan secara mengalir seperti air.

Dan yang ketiga adalah yang mendasari awal tulisan ini, dan itu sangat menjengkelkan, yaitu mereka sadar tetapi tidak bisa menerima dengan perubahan yang ada. Yang mereka lakukan hanyalah protes dan membanding-bandingkan. Apakah hanya berhenti sampai disitu? Tidak! Mereka bahkan mulai menyalahkan keadaan, menyalahkan kehidupan, menyalahkan orang-orang yang tidak sejalan dengan mereka dan merasa bahwa kehidupan dulu jauh lebih baik dari saat ini. Jika memang seperti itu mengapa harus berlama-lama tinggal di dunia ini. Yang mereka katai lebih malas, jauh lebih rusak dan telah hancur. Sedangkan waktu tidak pernah surut kebelakang, waktu tidak pernah berjalan mundur. Apa yang telah terlewat tidak akan kembali terulang sama persis.

Georg Wilhelm Friedrich Hegel, merupakan salah satu Filsuf yang kukagumi pemikirannya. Dalam hal ini Hegel percaya bahwa dasar kesadaran manusia berubah dari satu generasi ke generasi berikutnya. Lalu bagaimanakah jika kesadaran tersebut tidak didasari okeh sikap penerimaan dari generasi terdahulu terhadap generasi sekarang? Sedangkan mereka sama-sama hidup dalam ruang lingkup kehidupan yang sama. Maka jawabannya adalah konflik. Ya! Yang timbul selanjutnya adalah konflik.

Jika sudah seperti itu apa yang harus kita lakukan? Banyak! Kita bisa melakukan pemakluman, mencoba untuk saling belajar atau mengambil sikap diam. Meskipun hal tersebut maknanya sama. Lalu apakah kita seharusnya mengambil opsi lain? Yaitu berani bicara, berani menyatakan pendapat kita dan menerangkan tentang keadaan saat ini yang memang telah berbeda dari masa lalu. Terserah mana yang akan kita pilih untuk  dilakuan, tapi selalu ingat apapun itu pasti memiliki resikonya masing-masing.

Orang yang tidak dapat mengambil pelajaran dari masa tiga ribu tahun, berarti dia hidup tidak memanfaatkan akalnya : Goethe.




No comments:

Post a Comment