Monolog Tak Terdengar

Monolog Tak Terdengar
Biarkan skizofrenia menjamah mewarnai mozaik-mozaik hidupku

Tuesday, April 5, 2016

Koma

Memang ada yang ikut sakit padahal aku yang tertusuk? Berkali-kali aku tanyakan itu pada malam yang mengaku-aku kelam. Padahal lampu Ibu Kota tak pernah mati seolah menjadi pengganti shift bagi matahari. Saat malam mendepak terang dari tempatnya semula, semesta seolah meredup perlahan. Baiklah aku percaya saja, malam memang kelam.

Dari kejauhan ku lihat hujan bintang tak surut-surutnya di langit malam. Bintang warna-warni yang membuatku takjub untuk sesaat tapi setelahnya menjadi biasa karena menggemakan suara yang membuat aku iba. Iba pada jumlah rupiah yang telah di hamburkan pada bintang-bintang sesaat tersebut.


Aku diam memunguti kerikil yang sedari tadi menusuki kakiku yang tak bersepatu. Apa seharusnya aku sumpahi saja? Tapi percuma kerikil ini pasti hanya diam tanpa berontak saat sumpah serapah aku tunjukan padanya. Aku tertawa sendiri, sakit di kaki seolah telah menumpulkan pikiran. Padahal itu tak seberapa dibandingkan apa yang telah aku alami selama ini. Dan aku masih terus berjalan menelusuri aspal berkerangka bintang. Entah kemana tujuan. Lalu kembali pertanyaan itu menuntut jawaban. Memang ada yang ikut sakit padahal aku yang tertusuk? Aku menantinya sesaat, tapi tetap tak ada jawaban. Hanya koma yang berderet sepanjang jalan.




No comments:

Post a Comment